Recent Posts

Berbagi Ide dan Gagasan Untuk Menginspirasi Anak Negeri

Minggu, 18 Agustus 2024

Belajar Menulis Uncle Den

Persatuan dan Toleransi

Masjid Al-Mukhlisin Komplek Deplu Gandaria Selatan

                            

“Indonesia adalah negara yang besar, majemuk dan beragam, ” ujar Deni Darmawan ketika menyampaikan khutbah dengan judul Persatuan dan Toleransi di Masjid Al-Mukhlisin Komplek Deplu Jalan Cendrawasih Gandaria Selatan Jak-Sel pada Jum’at (16/8/2024).


Dalam isi khutbahnya, Deni Darmawan menyampaikan tentang pentingnya merawat persatuan dan toleransi di tengah keberagaman. “Indonesia tidak hanya mempunyai penduduk muslim terbesar di dunia, tapi juga mempunyai keberagaman budaya, etnis, suku dan agama. Di tengah keberagaman itu, Indonesia masih menjadi negara yang toleran,” kata Deni yang sudah mengikuti standardisasi Da’i MUI.


Baca juga : Meneladani Etos Kerja Sa'ad bin Mu'adz


Perbedaan adalah keniscayaan dan itu bagian dari rahmat-Nya. Alquran sudah memberikan informasi tentang keberagaman ini agar setiap manusia bisa saling memahami, menghargai dan menghormati. Sehingga akan muncul kolaborasi, kerjasama dan harmonisasi bermasyarakat dan bernegara.


“Di dalam surat al-Hujurat ayat 13, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dan menjadikan manusia berbangsa-bangsa, bersuku-suku, untuk saling mengenal mengenal satu dengan yang lainnya. Imam Nawawi al-Bantani menafsirkan bahwa litaa’arofuu yakni saling kenal mengenal tanpa membangga-banggakan etnis, suku, budaya dan keturunan masing-masing,” lanjut Deni Darmawan.


Deni Darmawan saat menyampaikan khutbah di Masjid Al-Mukhlisin

Indonesia kini sudah merdeka yang ke-79 tahun. Di usianya ini, merawat persatuan adalah keharusan bagi seluruh rakyat Indonesia. Caranya dengan cara bersyukur atas semua nikmat kemerdekaan yang diberikan Allah agar warga Indonesia makin beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif.


“Kokohkan dengan taat kepada Allah dan jauhi maksiat serta hal buruk lainnya. Mengisi kemerdekaan tidak hanya lomba 17 Agustus yang setiap tahun kita gelar, tapi juga memberikan kontribusi bagi negera ini agar terus maju dan melaju. Kita harus apresiasi anak bangsa yang mendapat medali emas di Olimpiade Paris 2024,” terang Deni Darmawan yang sering mengisi kegiatan Pojok Literasi di berbagai sekolah.


Baca juga : Deni Darmawan : Momentum Muharam Sebagai Perbaikan dan Peningkatan Kualitas Diri


Salah satu untuk merawat persatuan yaitu mengedepankan sikap toleran atau toleransi. Indonesia dikenal sebagai negara yang toleran karena masih menjaga keutuhan di tengah keberagaman agar terciptanya kerukunan dan keharmonisasian.


“Dulu, KH. Ali Mustofa Yaqub pernah mengajak Presiden Obama bersama istrinya, Michelle Obama, mengelilingi masjid Istiqlal. Tidak jauh dari masjid ada gereja Katedral Jakarta. Kiai Ali Mustofa Yaqub menceritakan bahwa kedua tempat beribadah tersebut menjadi simbol toleransi dan harmonisasi di Indonesia,” ungkap Deni Darmawan di depan jamaah salat Jum’at masjid Al-Mukhlisin.


Masjid Al-Mukhlisin tampak luar dan dalam (dokpri)

Ada yang yang menarik yang pernah disampaikan oleh almarhum KH. Hasyim Muzadi tentang toleransi. Tim Komisi Dakwah dan Pengembangan MUI menulis buku yang berjudul Islam Wasathiyah (2019), bahwa KH. Hasyim Muzadi mengklasifikasikan toleransi ada dua macam  yaitu idelogis dan sosiologis.


“Toleransi ideologis merupakan sikap toleran antar umat Islam sendiri dan non-muslim. Perbedaan  internal umat Islam biasanya perbedaan dalam hal praktik pengamalan ibadah seperti NU dan Muhammadiyah dalam hal qunut salat subuh. Sedangkan toleransi antar umat Islam dan non-Muslim berusaha saling mengerti tapi tidak saling memaksa. Toleransi sosiologis berkaitan dengan sikap toleran, inklusif, menerima pendapat orang lain, terbuka terhadap segala sesuatu hal di tengah keberagaman sosio-kultural,” ujarnya.


Dalam sejarah peradaban Islam, Nabi ketika di Madinah mampu mengayomi dan menciptakan situasi dan kondisi masyarakat yang tenang, damai dan harmonis, padahal sebelumnya Madinah (dulu Yastrib) pernah ditinggali oleh pemeluk agama lain seperti Yahudi dan Kristen.





“Kehidupan saat Nabi di Madinah di awal hijrah bisa menjadi contoh bagi kita semua. Mari kita rawat persatuan di momen kemerdekaan yang ke-79 ini, dengan terus mengedepankan sikap toleran agar terciptanya kerukunan, perdamaian, ketenangan, dan saling menolong di negara pertiwi yang kita sama-sama kita cintai ini,” tutup Deni yang sudah menulis buku tentang literasi dan religi.


**)  Rubrik opini di KOMBIS Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 600 atau 700 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: belajarmenulisid@gmail.com

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi Kombis.

**) Bagi penulis yang artikelnya sering diterbitkan akan mendapat merchandise Kombis.














Belajar Menulis Uncle Den

About Belajar Menulis Uncle Den -

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :