A.
Profil Penulis
Alvi Syahrin seorang novelis pria kelahiran Ambon, pada
tanggal 20 Januari 1992. Saat ini Alvi Syahrin menetap dikota Surabaya untuk
menempuh pendidikan tinggi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
B.
Identitas Buku
Judul: Jika Kita Tidak Pernah Baik-Baik Saja. Penulis: Alvi Syahrin. Penerbit: Gagas Media. Jumlah halaman: 208 halaman
C.
Sinopsis Buku
Bagian pertama, patah hati, pengkhianatan, dan kehilangan.
Perpisahan merupakan awal dan akhir perjalanan. Perpisahan merupakan akhir dari
hubungan yang telah dijalin, dibangun, yang didasarkan rasa cinta, saling
memahami, selalu mendampingi, dan saling menyakiti. Kita semua pernah mengalami
krisis, tak pernah baik-baik saja menerima keadaan, dan menyalahkan diri
sendiri.
Bagian kedua, letting go atau melepaskan. Melepaskan dan
berdamai dengan masa lalu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Melepaskan
dan berdamai dengan masa lalu tidak hanya sekedar kamu bisa mengucapkan “aku
sudah melepaskannya, aku sudah berdamai dengan masa lalu dan rasa sakit yang
aku rasakan”.
Bagian ketiga, kebahagiaan yang telah lama hilang.
Sesungguhnya tujuan hidup bukanlah kebahagiaan. Namun, itu juga bukan berarti
kita menutup semua jalan untuk dapat merasa bahagia.
Bagian keempat, self-love. Bagaimana caranya aku dapat
mencintai diriku sendiri jika kerap kali aku melakukan kesalahan yang sama
terus menerus? Bagaimana aku dapat menerima kekuranganku yang sangat buruk? Bagaimana
aku bisa mencintai diriku sendiri jika aku saja tak menyukai diriku sendiri?
Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, mengajak kita
mengenal arti kecewa dan bahagia demi mencintai diri sendiri dan sesuatu yang
lebih dari segalanya.
D.
Kelebihan Buku
Gaya bahasa yang digunakan Alvi Syahrin dalam menuliskan
buku Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja adalah gaya bahasa yang santai
layaknya sedang bercerita kepada seorang teman. Melalui gaya bahasa seperti
ini, Alvi mampu menarik para pembacanya untuk menghayati tiap-tiap cerita yang
diibaratkan seperti curhatan dari seorang teman yang dapat menjadi pelajaran
bagi para pembaca.
Alvi Syahrin menuliskan buku ini secara runtut dan rapih,
dengan dimualai memaparkan pembukaan yang berupa masalah, lalu dilanjutkan
dengan pemaparan pencairan solusi atas permasalahan tersebut, dan pada akhirnya
ditutup dengan penerimaan? Cara bercerita Alvi ini dapat membuat para
pembacanya memahami secara jelas keadaan yang digambarkannya.
E.
Kekurangan Buku
Dalam Buku Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, gaya
penuturan Alvi Syahrin dinilai sedikit berbeda dibandingkan kedua buku
sebelumnya, Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa dan Jika Kita Tak Pernah Jatuh
Cinta. Gaya penuturan Alvi pada buku ini dinilai menjadi terlalu singkat.
Memang Alvi menyampaikan ceritanya secara to the point,
tapi penuturan dalam buku ini terlalu singkat sehingga membuat para pembaca
kurang bisa mendalami secara emosional masing-masig ceritanya.
Penulis : Nazwa Sania (Mahasiswi Ekonomi Syariah Unpam)
Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis,
tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kombisindonesia.com
**) Rubrik opini di KOMBIS
Indonesia terbuka untuk umum.
Panjang naskah sekitar 600 atau 700 kata. Sertakan riwayat hidup singkat
beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah
dikirim ke alamat e-mail: belajarmenulisid@gmail.com
**) Redaksi
berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah
dan filosofi Kombis.