Bagi Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd, atau yang biasa disapa Ibu
Kanjeng, usia bukanlah menjadi halangan untuk terus berkarya. Dengan mantranya,
“Writing is my passion” Bu Kanjeng terus melesat menulis tanpa hanti walau
usia tak muda lagi. Usianya
kini yang 50 tahun membuat semangatnya tidak pernah padam untuk terus menulis.
Baginya, menjadi penulis merupakan profesi yang mulia dan sebagai indikator
intelektualitas dan kematangan berpikir.
Seorang penulis harus mempunyai passion atau renjana.
Sehingga akan selalu bergairah untuk terus berbuat dan berkarya. Mengubah
mindset menjadi “Writing is My Passion” akan selalu bergairah untuk
terus melejitkan potensi dan berkarya tanpa batas. Sehingga, passion itu
akan memompa semangat kita tanpa padam. Menulis bukan lagi sebuah beban,
tapi juga kebutuhan. Layaknya kebutuhan seperti makan dan minum.
Baca juga : Membaca Dalam Kesibukan
Bu Kanjeng berharap, tulisannya memiliki takdir yang baik dan menjadi
pemberat amal di dunia dan akhirat nanti. Baginya, menulis itu juga healing. Setiap
ada masalah bisa kita tuliskan, namun harus dikonsultasikan dahulu ke Allah.
Setelah kita baca, bisa kita musnahkan atau mau diabadikan, semua terserah penulisnya.
Yang terpenting, setelah menulis dada menjadi lapang, pikiran tenang dan
masalah pun hilang.
Menurut Ibu Kanjeng, profesi penulis merupakan pekerjaan yang
sangat dihormati dan dihargai dalam strata sosial. Seseorang akan menghargai
sebuah karya kita, sebab kita sudah mampu menorehkan ide dan gagasan dalam
sebuah buku, yang tentu akan sangat bermanfaat untuk masyarakat.
Baca juga : Trik Menulis dan Menerbitkan Artikel
Berbagai kendala menulis pun akan kerap terjadi. Misalnya,
merasa diri kita tidak berbakat menulis, merasa sibuk dan tidak ada waktu,
tidak memiliki ide dan tidak mau dikritik. Berbagai kendala akan menyelimuti,
tapi kita harus kita lalui dan berani untuk memulai menulis.
Langkah Menjadi Penulis
Menurut Ibu Kanjeng, ada beberapa langkah-langkah menjadi
penulis. Pertama, membaca. Penulis yang hebat harus banyak membaca. Membaca
buku, artikel atau informasi apa saja. Membaca bisa sesuai dengan latarbelakang
keilmuwan kita. Membaca modal utama agar kita terus mendapat ide dan gagasan.
Kedua, diskusi. Sering kali ide dan gagasan muncul ketika kita
berdiskusi. Ada topik yang relevan yang diperbincangkan. Saling bertukar
pendapat, akan menambah wawasan dan mengetahui cara berpikir kita terhadap
suatu hal.
Baca juga : Tips Menulis Dari Blog Menjadi Buku
Diskusi dengan para ahli atau pakar akan membuka wacana
berpikir kita akan suatu hal. Wawasan baru dan pengalaman yang didapat dari
para ahli akan membuat kita bergairah untuk terus menulis dari apa yang sudah
kita diskusikan.
Ketiga, lihat dan rasakan. Apapun yang terjadi di sekeliling
kita atau di media, bisa kita lihat dan rasakan. Indra kita bisa melihat dan
merasakan sebuah fenomena, sehingga bisa kita tuliskan.
Baca juga : Teknik Menulis Reportase di Era Digital
Apa yang kita alami sendiri dan orang lain, bisa menjadi bahan
untuk dituliskan kembali dengan gaya tulisan kita yang khas. Rasa sedih,
gembira, bahagia, bahkan khawatir, semua perasaan itu bisa kita tuangkan dalam
tulisan.
Ke-empat, belajar dari pengalaman orang lain. Kita akan
mendapat pengetahuan dari orang lain dan menyerap hal-hal yang menarik.
Pengalaman adalah guru terbaik. Tidak hanya pengalaman pribadi, tapi juga
pengalaman orang lain yang menjadi guru terbaik dalam kehidupan. Semua
pengalaman itu bisa kita tuliskan sehingga menjadi hal yang bermanfaat untuk
diri-sendiri dan orang lain.
Persiapan Menulis
Ibu Kanjeng melanjutkan, ada beberapa persiapan dalam menulis.
Pertama, menggali dan menemukan ide. Caranya? Lakukan pengamatan dalam setiap
peristiwa dan kejadian. Berimajinasi dan melakukan kajian pustaka. Proses
penemuan ide bisa juga dengan melakukan brainstorming.
Ke-dua, menentukan tujuan, genre dan segmen pembaca. Tujuan
menulis berkaitan dengan genre dan diikuti segmen pembaca. Hal ini penting
dilakukan untuk menentukan warna tulisan kita. Dan yang terpenting, buku kita
dapat dipasarkan dengan baik sesuai dengan segmen pembaca yang dituju.
Baca juga : Webinar Penulisan Kreatif bagi Mahasiswa di Nusantara
Ke-tiga, menentukan topik. Topik menjadi penting agar apa yang
kita tulis sesuai sasaran dan genre tertentu. Misalnya, menulis topik “Hidup
sehat di usia senja”. Topik ini sasarannya adalah untuk orang tua (manula).
Ke-empat, membuat outline. Setelah mendapatkan ide, topik yang
akan ditulis, maka kita perlu membuat kerangka tulisan atau outline. Hal ini
akan memudahkan kita menulis sesuai dengan materi yang akan kita deskripsikan.
Ke-lima, mengumpulkan bahan. Sumber pengetahuan bisa kita temukan
dari berbagai buku, jurnal, internet dan referensi lainnya. Carilah
bahan-bahan sesuai dengan topik yang sudah ditentukkan.
Baca juga : Webinar : Cara Mudah Menulis Buku di Masa Pandemi
Dibutuhkan ketekunan dalam proses menulis. Tulislah semampu
kita dan tidak harus sempurna, bahkan jangan terlalu idealis. Setelah naskah
selesai kita tulis, maka lakukan editing, revising dan publishing.
Tahap editing yaitu membaca kembali naskah. Tahap revising
yaitu melakukan perubahan dengan mengurai atau menambahkan naskah. Tahap publishing
yaitu mengirim naskah, pracetak, layout, ISBN, proofreading, percetakan,
promosi dan distribusi.
10 $type={blogger}
Write $type={blogger}Saya suka tulisan pak Deni. Mudah di pahami, mudah dimengerti...
ReplyTks Bu Mar
ReplyGood posting
ReplyKeren banget dan inspiratif sekali
ReplyKeren
ReplyWowwww ... Terperangah, saya membaca resumenya pak Deni.
ReplyTerima kaaih, Pak Deni, telah memberikan yang terbaik. Salam hangat dan sukses sslalu
Uncle D memang LUAR BIASA.
ReplyResum yg apik..tertata dengan baik..bacanya enak..memahaminya pun juga enak..
ReplyApa aja bisa kita tulis ya pa, dari yg kita dengar, kita lihat dan kita rasakan bisa menjadi ide untuk kita menulis, keren bapak
ReplyTerima kasih ibu kanjeng telah berbagi ilmu
Reply