Oleh : Deni Darmawan
Menulis buku selama tujuh hari menjadi tantangan dan
peluang. Tidak mudah menulis buku dengan ide dan kerangka tulisan yang
dituangkan setiap hari selama seminggu. Setiap hambatan menjadi peluang dan
motivasi untuk terus menulis dan menjadi buku. Itulah yang dilakukan oleh
Mudafiatun Isriyah, seorang peserta pelatihan belajar menulis PGRI yang
ditantang oleh Prof. Ricardus Eko Indrajit menulis buku dalam tujuh hari.
Bukunya yang berjudul “Implementasi Sosial Presence dalam
Bimbingan Online” menjadi buku terbaik pilihan perpustakaan nasional
(Perpusnas) karena mutu dan kualitas buku dan menjadi kebutuhan masyarakat saat
ini. Mudafiatun mengusung tema pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk menjawab
persoalan agar PJJ menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan mencapai
ketuntasan belajar.
Dengan penuh keyakinan dan motivasi tinggi, Mudafiatun
menjawab tantangan Prof. Eko hingga bukunya diterbitkan di penerbit mayor. Setiap
buku yang diterbitkan di penerbit mayor tentu menjadi impian seorang penulis.
Mudifiatun atau biasa disapa ibu Iis, menjelaskan tentang
tulisan yang bermutu dalam bukunya. Tulisan yang bagus karena kontennya.
Menulis menggunakan rumus 5W + 1H. Ketika menulis buku social presence
merupakan hal yag baru. Ini merupakan
konten yang kekinian dan menjadi kebutuhan masyarakat. Ia berharap, PJJ bukan
lagi hal yang membosankan, hingga membuat frustasi dan bunuh diri.
Buku ini menyajikan bagaimana ketika PJJ siswa merasa
menikmati. Guru menjadi lebih enak dalam mengajar. Buku ini mempunyai konten
yang bermutu sehingga dipilih oleh perpustakaan nasional menjadi buku terbaik
2020. Menulis buku agar tetap enak dinikmati dan dibaca membutuhkan jam
terbang. Hal yang dilakukan adalah menulis di blog, kemudian masukin di
youtube. Penerbit akan melihat track record kita dari media sosial.
Baginya, menulis perlu dilatih, diasah setiap hari.
Belajar bagaimana menggunakan kalimat sesuai EYD, menulis sesuai SPOK. Apa yang
kita lihat, rasakan, pada saat itu juga ditulis kemudian masukan ke dalam blog.
Semakin banyak menulis, maka tulisan kita akansemakin enak dibaca dan dipahami.
Ibu Iis melanjutkan, bukunya menjadi menarik dan best seller karena menjawab kebutuhan masyarakat saat ini. Pembaca akan tertarik membaca kontennya dan penasaran terkait PJJ yang menyenangkan dan tidak membosankan. Disinilah buku yang ia tulis diminati hingga menjadi best seller. Proses kreativitas menulis harus dilatih setiap hari. Menerima evaluasi dan kritikan dari teman-teman. Memperbaiki tulisan sesuai dengan kalimat yang baik. Kemudian tulisan itu disampaikan ke youtube. Itulah kreativitas menulis yang ia lakukan.
Proses Kreativitas
Menulis
Ibu Iis pun mengungkapkan, proses menulis dengan Prof.
Eko. Hari pertama, ia menulis dengan menggunakan rumus 5W 1H. Mengumpulkan semua
ide-ide. The power of tiga detik untuk menentukan sub tema, jika lewat dari itu
akan bias. Putuskan dalam tiga detik mau menulis apa. Ia menulis konsep
bimbingan online. Menyelesaikan dalam 1 malam. Menulis kerangka tulisan.
Hari kedua, mencari teori dalam bimbingan online.
Bagaimana komunikasi yang digunakan. Ada teori antar personal, interpersonal
dan impersonal. Hari ketiga, ia mencari hal-hal apa saja yang mendukung
pembelajaran dan bimbingan online. Mengenal aplikasi dan menggunakan website untuk
hal-hal yang mudah untuk pembelajaran dan bimbingan online. Hari ke-empat,
menulis spesifikasi bimbingan online dengan memberika sentuhan social presence.
Dalam bimbingan online perlu adanya kehadiran sosial. Melatih menggunakan e-leraning
dalam berinteraksi. Memiliki sikap profesional. Menemukan kepuasaan dalam
berinteraksi dan menghasilkan minat belajar yang tinggi.
Hari ke-lima, menulis dasar-dasar social presence. Hakikat, dimensi, indikator, kerangka konseptual
bimbingan online dan sebagainya. Hasilnya ketuntasan belajar dengan social
presence. Misalnya, efektif dalam merespon, tahap-tahap ketuntasan belajar, join together, tahap motivating, building komitmen dan implementasi, tahap observating dan evaluating. Uniknya buku ini, mendukung bimbingan online
dalam meningkatkan sosial presence dan mencapai ketuntasan belajar secara
sempurna. Hari ke-enam dan ke-tujuh, penyempurnaan dan disempurnakan pada
minggu-minggu berikutnya. Penerbit Andi
kemudian melakukan proses editing dari bab satu hingga bab akhir.
Kerangka dan draf selesai selama tujuh hari. Tiga minggu
penyempurnaan, setelah sebulan baru kirim ke penerbit untuk dilakukan perbaikan.
Alhasil, buku ada 200 halaman. Ibu Iis bisa tetap fokus dan konsisten menulis
di malam hari. Sebagai seorang dosen dan peserta pelatihan saat itu, ia
menjalani dengan senang dan menjaga stamina selama pandemi. Jika tidak
dituliskan, ide kreatif akan hilang dan bias. Menulis tujuh hari, penyempurnaan
sebulan dan 3 bulan semua bisa selesai.
Hambatan
menjadi Motivasi
Ibu Iis mengatakan, agar terus bisa semangat menulis
selalu belajar di grup menulis, mencari informasi, dan memotivasi diri.
Motivasi terbesarnya adalah, apa yang dia bicarakan, dia tulis. Apa yang dia
tulis, dibicarakan. Tulisan di blog saling memberikan motivasi, berbagi,
sehingga niat dan tekad menulis semakin kuat.
Baginya, menulis itu harus dituntaskan dan selesai.
Jangan bilang “hambatan” ketika menulis. Secara psikologis, maka akan
terhambat. Kalaupun terjadi hambatan di lapangan, jalani pelan-pelan. Motivasi yang
kuat akan menjadi daya tarik dan magnet tersendiri untuk menyelesaikan dan
menuntaskan. Buat jadwal menulis, atur waktu agar tetap semangat menulis.
Setiap hambatan seperti main blocking akan selalu ada. Ia
lupakan hambatan dan meminimalisirnya. Hambatan ia ubah menjadi motivasi.
Kata-kata negatif ia ubah menjadi positif. Jika ada gangguan yang datang dari
keluarga, maka jadikan itu sebagai motivasi untuk menyelesaikan apa yang
ditargetkan.
Tantangan terbesar baginya adalah membagi waktu. Ia
sangat ketat dan disiplin agar bisa tuntas. Profesinya tidak hanya sebagai
dosen, tapi juga mahasiswa program doktor di Universitas Negeri Malang, sebagai
istri dan ibu rumah tangga. Ia membuat prioritas, mana yang harus diselesaikan.
Tidur pun dibatasi. Olah raga yang cukup dengan jalan pagi atau naik sepeda.
Menenangkan saraf selama 20 menit, diam sesaat. Kewajiban salat lima waktu dan sunnahnya pun tetap dijalankan.
Baginya, menulis sebagai hiburan. Lakukan dengan suka
cita dan penuh kebahagiaan. Bergaullah dengan komunitas penulis. Olah raga
sebagai penyeimbang. Belajar fokus untuk kesungguhan agar selesai. Menulis
dengan bahasa yang mudah karena sering dilatih. Gunakan EYD dan kamus jika ada
kata-kata asing. Perhatikan SPOK. Menulis adalah kemauan, bukan pintar atau
tidak pintar. Selamat menulis.
6 $type={blogger}
Write $type={blogger}Mantap betul👍👍 Menulis sebagai hiburan
Reply"Menulis sebagai hiburan" ide yang menarik.
Replybetul bu Dwi, Enjoy dalam menulis tergantung mindset kita ya bu
ReplyBagus, saya ingin membeli bukunya Kang Deni.
ReplyMenulis jangan jadi beban
ReplyBu Is, sangat menikmati proses menulis buku. Dan hasilnya...duaaar best seller. Inspiratif.
Reply