Oleh : Deni Darmawan
Bincang-bincang seputar mengasah keterampilan menulis yang digelar secara virtual oleh Komunitas Mengintip Nusantara atau MENUSA pada hari Minggu (29/8/2021) sangat menarik. Acara ini diikuti oleh berbagai komunitas lainnya. Tidak hanya siswa dan mahasiwa, tapi juga guru ikut memeriahkan acara ini.
Narasumber pada acara ini adalah Deni Darmawan atau
biasa disapa Uncel D. Beliau juga pendiri website
belajarmenulis.id dan founder Komunitas Belajar Menulis (KOMBIS).
Deni membangun komunitas belajar menulis.id dan KOMBIS adalah sebuah upaya
agar masyarakat Indonesia bisa terampil dalam menulis dan menjadi budaya
menulis. Selain itu, untuk meningkatkan literasi di Indonesia agar terus maju.
Deni berbagi kepada peserta agar memperbanyak pengalaman
menulis. Sewaktu kuliah dulu, ia sudah belajar menulis dengan para wartawan.
Saat di sekolah, ia juga sudah tertarik menulis diary dan mading. Menulis di blog
juga ia pernah lakukan untuk menyimpang pelajaran sewaktu kuliah dulu.
Pengalaman-pengalaman itu ia jadikan sebagai guru terbaik untuk terus berlatih
dan praktik menulis.
Untuk menjadi penulis pemula, mulailah menulis apa saja,
menulis yang kita sukai dan senangi. Sering-seringlah bergaul dengan para
komunitas yang suka menulis dan mengoreksi tulisan kita. Jika kita sudah
membangun relasi dan hubungan baik dengan komunitas penulis, maka kita akan
semangat untuk terus menulis.
Perbanyaklah pengalaman-pengalaman menulis agar tulisan
kita lebih baik. Usahakan menulis setiap hari. Deni mengatakan, mengapa kita
harus menulis. Ia menyebutkan, membaca dan menulis adalah perintah titah Tuhan.
Membaca adalah jendela untuk memperoleh ilmu pengetahuan, dan menulis untuk
menyebarkan ilmu pengetahuan dan membangun peradaban. Ayat pertama kita disuruh
membaca. Allah mengajarkan manusia dengan qalam, yaitu pena. Supaya manusia
mengetahui apa-apa yang tidak diketahuinya.
Menulis juga kegiatan untuk mencerdaskan bangsa. Jika
masyarakat Indonesia semakin cerdas, maka bukan lagi mustahil jika generasi
emas 2045 bisa kita wujudkan bersama. Generasi yang suka membaca dan menulis.
Generasi yang mempunyai jiwa kompetitif untuk selalu berkarya untuk memajukkan
Indonesia.
Dengan menulis artikel, buku, maka akan dibaca oleh orang
banyak dan akan memperoleh pengetahuan. Dengan membaca akan meningkatkan
pengetahuan membaca anak-anak Indonesia. Itulah kenapa, sebagai siswa,
mahasiswa, guru dan dosen, atau siapun dia, harus menjadi agen perubahan (agen of change) untuk dirinya, untuk
orang lain dan lingkungannya. Jika kita tidak mampu merubah dengan kata-kata,
maka rubahlah dengan tulisan.
Dengan menulis, kita akan memberikan warisan dan
sumbangsih intelektual kepada generasi selanjutnya. Jika kita meninggal, maka
kita sudah meninggalkan sebuah karya tulis sehingga akan memberikan manfaat
kepada siapa saja yang membacanya. Itu semacam amal jariyah yang tidak pernah
terputus ketika kita sudah meninggal kelak.
Deni memberikan tips dan pengalamanya agar peserta bisa
mengasah keterampilan menulis. Ia mengatakan, bahwa menulis itu bukan soal
bakat, tapi soal praktik, latihan dan kerja keras agar bisa memperoleh
keterampilan menulis. Jadi, keterampilan menulis itu bisa dipelajari. Tidak
instan dan langsung jadi. Semua butuh proses dan tahapan.
Deni sering mencontohkan, ketika ia masih menjadi
mahasiswa suka membaca pulpen dan kertas. Jika ada seminar, tidak lupa ia
selalu mencatat dan merangkum materi hingga menjadi rangkaian kata, kalimat dan
paragraf. Ia juga suka menulis diary, menulis mading hingga menulis blog.
Ia selalu antusias mengikuti kegiatan menulis seperti seminar,
workshop, pelatihan untuk mempertajam keterampilan menulisnya. Ia juga selalu
bergaul dengan berbagai komunitas menulis agar bisa bersinergi dan silaturahmi
untuk menulis bareng.
Itulah sekelumit pengalaman mengasah keterampilan menulis
yang ia bagi pada peserta. Ia memberikan saran kepada peserta agar cobalah
memulai menulis. Memulai memang berat, tapi jika sudah memulai akan terasa
mudah dan gampang. Jika sudah menjadi kebiasaan, lama-kelamaan akan menjadi
sebuah keterampilan, bahkan bisa candu menulis. Deni memberikan semacam closing
statement kepada peserta. “menulislah, sebelum namamu ditulis di batu nisan.”